DONGENG PANJANG LITERASI INDONESIA





Berawal dari postingan kakak kelas di Grup WA Alumni tentang kegiatan bedah buku ini, saya langsung searching dan kepoin penulisnya. Kesan pertama yang ada di pikiran saya saat baca judul bukunya adalah “wah saya bakal dapat pengetahuan soal sejarah literasi di Indonesia dengan bahasa ala ala negeri dongeng nih, seru sepertinya ”.

Saya melihat domisili dan afiliasi penulis yang berada di Padang dan juga seorang Dosen Ilmu Perpustakaan, saya mencoba menanyakan siapa sih penulis itu kepada teman saya yang juga dosen Ilmu Perpustakaan di Padang. Dan benar saja, mereka saling mengenal, taraaaa…. dapatlah saya kontak si penulis. Yona Primadesi namanya, saya pesan bukunya langsung kepada beliau. Tak lama saya memesan buku tersebut, akhirnya buku mendarat dengan selamat di Kabupaten Magelang Tercinta.  Hehe.

Ternyata bukunya kecil, imut – imut pula. Hanya setebal 132 halaman. Yup, kecil dan tipis. Tapi isinya, dijamin kenyang dan puas… padat banget … hehehhehe 

 “Dongeng panjang literasi” sebagaimana pada judul buku ini ternyata membawa pesan tersendiri. Bukan soal sejarah perjalanan gerakan literasi itu bagaimana, tapi Kak Yona nampaknya ingin menyampaikan bahwa kegiatan literasi di bangsa ini sesungguhnya telah dimulai sejak jaman kolonialisme hingga beberapa tahun belakangan, gerakan ini mulai rame bermunculan. Namun ternyata oh ternyata, sayangnya literasi masih dimaknai sebagai kegiatan baca tulis semata. 

Dengan melihat asal muasal perjalanan literasi yang dimulai dari jaman kolonialisme hingga sekarang, bukan perjalanan yang sebentar dan baru kemaren, harusnya, kegiatan literasi bukan hanya seremonial dan bukan kelatahan semata, namun lebih pada baca, rangkaikanlah, komentarilah, kembangkanlah, kritisilah, tulislah, diskusikanlah, dan seterusnya. Berikut seklumit pemikirannya tentang gerakan literasi di negeri ini.

Menurut saya, kegiatan literasi yang pantas diprioritaskan adalah kegiatan yang menjadikan masyarakat Indonesia peka dan mampu menganalisa lingkungan sekitar, mampu melahirkan individu-individu yang sarat karya atas informasi yang diterimanya, yang tak putus mengungkapkan gagasan – gagasan guna menumbuhkan budaya kompetensi dan iklim intelektualitas di Indonesia. Bukan semata memproduksi masyarakat yang gandrung membaca kemudian semata “pengikut” dengan keterbatasan analisa, ketidakmampuan berargumen apalagi menghasilkan karya yang memiliki ciri khas.”

Ya, Satu paragraf diatas mengingatkan saya pada beberapa konsep literasi yang dulu pernah saya pelajari dibangku kuliah dan, rasanya baru kali ini saya memahaminya sebagai sebuah gagasan yang down to earth banget. 

Pemikiran – pemikiran yang disampaikan Kak Yona dalam buku ini diimbangi dengan narasinya tentang praktik literasi yang ia lakukan di “Rumah Naya”. Rumah Naya merupakan sebuah tempat “bermain dan belajar” yang awalnya karena anaknya, Naya sering membawa teman – temannya pulang untuk bermain sehingga dibuatlah Rumah Naya. Disitulah Naya dan teman-temannya bereksplorasi, tentunya dengan pendampingan dan kegiatan literasi ala Kak Yona. Apa yang dijelaskan soal literasi itu bukan sekedar baca dan tulis, ia praktikkan dan terangkum pada bagian ini. Yakni Antara halaman 47 – 111.

Naya sendiri saat berusia 7 tahun telah mempunyai buku yang berisi kumpulan karya puisinya yang berjudul “Resep Membuat Jagat Raya” (yang berhasil masuk dalam 10 besar buku puisi terbaik khatulistiwa Literary Award 2017 dan buku puisi terfavorit Anugrah Pembaca Indonesia 2017 ). Tulisan – tulisan Naya dan Kak Yona bisa dilihat di https://duniakecilnaya.com/ 

Naya gadis kecil itu, memiliki beberapa cita – cita yang mulia, salah satunya, ingin memiliki perpustakaan yang besar dengan banyak buku.  Adapun tokoh yang ia sukai yakni Ernest Hamingway, Harper Lee dan Truman Capote, Irene Adler dan Sherlock Holmes.

Diam – diam saya jatuh cinta pada kedua orang ini. Kak Yona sang Bunda dan Naya putri kecilnya. 

Buku ini memberi angin segar bagi kami, Saya dan Kak Dicki yang sedang galau – galaunya karena akan segera hadir kawan kecil yang akan mendewasa bersama kami. Iya, Buku ini memberi wawasan pada kami tentang praktik langsung Kak Yona bersama  Naya sang putri. Bagiamana Kak Yona menghadirkan buku dalam kehidupan Naya, Berdiskusi bersama Naya, Menjadi teman berkreasi hingga menghasilkan karya khas dunia anak. 
   
Buku ini terdiri dari 18 essai dan tidak ada pembagian didalamnya. Sedikit membuat meloncat loncat saat membaca. Berikut Biografi Buku 

Judul           : Dongeng Panjang Literasi Indonesia
Penulis        : Yona Primadesi
Penerbit      : Kabarita
ISBN            : 9786026106278
Tebal Buku : 132 Halaman  
         



Komentar