Kisah Menarik Berawal dari Bunda Ceria



Masa anak – anak  merupakan masa tumbuh kembang  yang tidak hanya bertumbuhnya fisik namun juga mental dan pikiran. Pendidikan pada masa anak – anak menentukan mindset anak yang dia bawa hingga dewasa nanti. Maka dari itu, jika pendidikan anak – anak tidak diperhatikan dengan baik, sama saja mempersiapkan boomerang bagi kita, orang tuanya. 


*****


Judul               : Terapi Berqisah Melalui Buku
Penulis             : Bunda Susan (Biblioterapis)
Penerbit           : Erbeka Publishing
Tahun Terbit    : Cetakan I, Februari 2014
Tebal               : 271 Halaman
Peresensi         : Nisa Adelia*
           
Bersyukur bisa membacanya. Dan saya ingin membaginya. Saya belum punya pengalaman mendidik anak. Namun dari buku ini, saya mendapat sedikit ilmunya sebelum praktiknya. Maka melalui buku ini, ijinkan saya “sedikit sok tahu” tentang Dunia anak dan berkisah. 

Masa Anak – Anak dan Ingatan Jangka Panjang 

Masa anak – anak  merupakan masa tumbuh kembang  yang tidak hanya bertumbuhnya fisik namun juga mental dan pikiran. pendidikan pada masa anak – anak menentukan mindset anak yang dia bawa hingga dewasa nanti. Perlakuan serta perkataan orang dewasa yang ia tangkap akan mudah masuk kepikiran bawah sadar sang anak dan dalam pikiran bawah sadar inilah terbentuk ingatan jangka panjang. Sehingga apa yang diperoleh dan dialami saat anak – anak akan dibawanya hingga dewasa nanti. Maka dari itu, jika pendidikan anak – anak tidak diperhatikan dengan baik, sama saja mempersiapkan boomerang bagi orang tua dan sekitarnya.  

anak – anak menjadi kanak – kanak hanya untuk waktu yang singkat. Mereka akan mengenang banyak hal yang terjadi di masa kecilnya” (Halaman 60)
 
Bingung Harus Bagaimana 

Pendidikan “ramah” anak dewasa ini, sudah banyak didengungkan. Namun masih banyak diantara kita, orang tua dan atau calon orang tua yang bingung pendidikan anak seperti apa yang mampu memberikan bekal yang sesuai untuk anak dalam menghadapi tantangan masa depan, metode seperti apa untuk menangani anak yang susah diatur misalnya dan lain sebagainya. Seringkali kita mengalami kebingungan sendiri saat menghadapi anak - anak, seperti saat kita menangani anak/adik kita yang kurang sesuai perilakunya dengan cara yang santun tapi malah kuatirnya jadi terlalu manja. Buku yang ditulis oleh Bunda Susan, seorang  ahli Blibiotherapis ini menuntun pembacanya untuk menggunakan buku sebagai sumber untuk “men-terapi” anak dengan menggunakan teknik berkisah. 

          “Buku adalah guru yang paling sabar dalam memberikan pemahaman. Buku bisa dibaca secara berulang – ulang hingga pembacanya menemukan kunci terbaik menyelesaikan masalanya” (Halaman 34) 

Berdamai Dengan Diri Sendiri

Dalam buku ini Bunda Susan memulai dengan bahasan yang cukup menarik yakni tentang Orang tua, konselor atau pendidik  dengan dirinya sendiri.  Orang tua sebagai teman sehari – hari sang anak harus selesai dengan dirinya sendiri terlebih dahulu. Membuang pikiran negatif. Mengesampingkan perasaan jengkel , dan berusaha mebuat kongruensi (sebangun) dengan anak. Karena anak – anak itu memiliki jiwa yang mampu menangkap “aura” orang disekitarnya. Bahkan mereka bisa menangkap mana orang yang sejiwa dengan mereka dengan tidak. Mereke yang Cuma pura – pura atau tulus dengannya. “Jadilah konselor terapis untuk diri sendiri dulu. Selesaikan perkara – perkara pasir, kerikil, dan batu besar yang belum tuntas. Ada kecewa, lepaskan. Ada dendam, maafkan. Ada ungkapan sayang yang belum tersampaikan, sampaikan. Sederhana tapi dampaknya ajaib!”  (Halaman 47)

          Nah ternyata, kita sendiri adalah sumber utamanya. Bunda Susan sang Bibliotherapis sering menangani anak – anak yang ternyata sumber masalahnya terletak pada kedua orang tuanya. Anak – anak menjadi dampaknya. Dalam buku ini diceritakan terdapat seorang ibu yang membawa anaknya ke Bunda Susan dengan keluhan keterlambatan membaca dan kemampuan hitungnya. Setelah Bunda susan menangani anak tersebut dengan menggunakan teknik berkisah, dalam waktu sehari saja anak tersebut sudah menunjukkan perkembangannya. Kemudian, Bunda Susan mencoba berkomunikasi dengan sang Ibu. Benar saja, sang ibu kurang disenangkan saat masa hamil anak tersebut, dan dalam sehari harinya emosi dan keinginan sang ibu terlalu mendominasi. 

Mendengarkan dan Didengarkan 

Poin penting selanjutnya adalah kemampuan orang tua dalam berkisah dan bersabar mendengarkan anak berkisah. Karena anak juga butuh didengarkan. Jadi, selain kita selalu membacakan mereka buku – buku dengan teknik berkisah, kita juga harus bersabar mendengarkan mereka berkisah. Nah dalam membacakan buku dengan teknik berkisah, Jangan malu dalam mengekspresikan sebuah adegan. Jika itu suara raksasa, maka tinggikan volume. Hal ini mampu memantik imajinasi anak. Bila perlu, bermain peran dengan anak. Misal saat anak susah makan sayur, kisah bisa dilakukan saat anak makan sayur dengan tokoh sayur – sayuran. 

Tips Berkisah
          Berkisah baiknya dilakukan saat akan tidur, tidur, dan bangun tidur. Tiga waktu tersebut adalah waktu utama memasuki alam bawah sadar Maka di waktu – waktu itulah baik untuk berkisah dan mendengarkan anak pada hal – hal yang baik. Lama waktu berkisah maksimal 30 menit saja. dan dilakukan secara rutin. Perkataan kita dalam berkisah, secara tidak langsung mampu membangun konsep diri pada anak. Konsep diri itu adalah citra diri yang anak miliki tentang dirinya. Geldard bersaudara (Dalam Susan, 2014) mengatakan bahwa konsep diri anak itu terbentuk dr cara anak – anak tersbut diperlakukan oleh orang – orang dekat mereka. Dan bermakna di kehidupannya. Terutama Ayah dan Bundanya (Halaman 203)

          "Meski demikian, perlu diingat, kisah tidak digunakan untuk mengarahkan anak. Tapi memberikan khasanah pengetahuan pada anak dan biarkan mereka mandiri memilih" (Bunda Susan). 

Komentar